makalah budaya organisasi karang taruna
MAKALAH
BUDAYA
ORGANISASI KARANG TARUNA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan
puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang berjudul “Budaya Organisasi Karang Taruna” dengan
lancar.
Dalam pembuatan
makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Muladi
Wibowo selaku dosen mata kuliah Pangantar Manajemen , tidak lupa ayah dan ibu
yang mendukung kami dengan materi dan doanya, serta semua teman yang telah
membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
i.
Cover ……........................................... i
ii.
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
iii.
Daftar
Isi . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . iii
1. Pendahuluan .
. . . . . . . . . . . . . . . . .. 1
A. Latar Belakang . . . . . . . . 1
B.
Permasalahan . . . . . . . . .
C.
Tujuan
Penulisan . . . . . .
2. BAB 1
A.
Pengertian
……………
B.
Program
kerja ………..
C.
Struktur
organisasi ……...
3.
BAB II
A.
Problematika
…………
B.
Tujuan
…………….
C.
Tugas
dan fungsi ……
D. Organisasi sehat dan Organisasi berhasil
D. Organisasi sehat dan Organisasi berhasil
4. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . .
5. Pandangan Penulis . . . . . . . . . . .
6. Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . .
iii
1.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Generasi
muda adalah tulang punggung Bangsa dan Negara merupakan istilah yang sering
kita dengar sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan
sosial saat ini memerlukan panutan dan contoh yang dapat membawa masyarakat
kita ke arah yang lebih baik. Sebagaimana kita
ketahui, generasi muda adalah tonggak keberlangsungan masa depan Indonesia.
Oleh karena itu, budaya organisasi karang taruna sangatlah penting untuk bekal
hidup para generasi muda dalam hidup dilingkungan sosial dengan segala
manfaatnya.
Hasil
survei membuktikan bahwa budaya organisasi karang taruna sudah mulai terlupakan
, terlebih jaman globalisasi saat ini yang lebih mendewakan
teknologi yang semakin canggih yang makin mengurangi rasa sosial pada jiwa
pemuda saat ini. Maka dari itu budaya karang taruna harus dihidupkan kembali
melihat manfaat yang dapat menumbuhkan rasa sosial dijiwa pemuda.
- PERMASALAHAN
- Apa manfaat dari budaya organisasi karang taruna ?
- Apa yang dapat dilakukan pemuda dengan adanya karang taruna dikehidupan sosial ?
- Apa manfaat dari budaya organisai karang taruna untuk hidup bernegara ?
- Apa yang dapat dilakukan pemuda dengan karang taruna untuk hidup bernegara ?
- TUJUAN PENULISAN
Dengan pemilihan tema dan penyusunan makalah ini
diharapkan para pembaca dan penulis sendiri mampu menghidupkan kembali budaya
organisasi karang taruna, karena didalamnya memuat banyak manfaat bagi diri
pribadi, masyarakat, dan negara , yang diharapkan dapat mengubah kebiasaan buruk
petinggi-petinggi dan pejabat-pejabat negara saat ini yang banyak merugikan
rakyat dan hanya mencari untung untuk pribadi dan partainya.
BAB
1
- Pengertian Karang Taruna
Karang Taruna adalah wadah pengembangan generasi muda dan putusan yang tumbuh atas
dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab social dari, oleh, dan untuk
masyarakat, khususnya generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas
social sederajat sampai tingkat nasional, bergerak terutama di bidang
kesejahteraan social (Kesos)”. (AD KTI, pasal 4).
Dari
pengertian di atas menunjukkan bahwa Karang Taruna adalah organisasi
pemuda atau remaja Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah NKRI. Sehingga
karang taruna boleh diaktakan sebagai organisasi modern dan bukan organisai
konvensional yang mengangkat pengurus dari kalangan keluarga, keturunan dan
kerabat. Dikatakan organisasi modern adalah : “Organisasi dimana faktor-faktor
yang bersifat pribadi tidak memegang peranan penting dalam pengambilan
keputusan. Organisai modern disebut juga sebagai organisai rasional dan legal,
adalah organisasi yang dalam kegiatannya terdapat pemisahan yang tegas antara urusan pribadi
dengan urusan organisasi”. (Saragi, 2004:291).
- Program Kerja Karang Taruna
Dalam menentukan program kerja tentunya harus berlandaskan
pada visi, misi, dan tujuan orientasi, yaitu ingin menumbuhkembangkan potensi
remaja/pemuda dari berbagai aspek, dengan demikian yang menjadi program kerja
karang taruna adalah sebagai berikut :
- Bimbingan manjemen organisasi
- Bimbingan bakat dan kreatifitas
- Bimbingan usaha kesejahteraan social dan kewirausahaan karang taruna
- Pendidikan dan pelatuihan (diklat) ekonomi produktif
- Pengembangan wawasan kebangsaan dan bela Negara. (Depsos RI, 2004:67)
- Bimbingan manajemen organisasi
Salah satu tujuan diadakannya wadah perkumpulan para pemuda adalah supaya para pemuda dilatih untuk mengurus organisai atau sekelompok orang. Dan bimbingan ini dilakukan secara berkala oleh karang taruna pada level tertentu. - Pengembangan bakat dan kreatifitas
Program ini disiapkan sebagai tempat untuk menyalurkan bakat, minat, dan hoby para pemuda,
c.
Bimbingan
Usaha Kesejahteraan Sosial dan Kewirausahaan.
Sebagai harapan awal terbentuknya karang taruna Indonesia adalah agar para pemuda/remaja dapat diarahkan kepada kehidupan yang sejahtera dan mendapatkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan demikian upaya untuk mengarahkan para pemuda untuk hidup hemat/tidak boros, berupaya untuk menabung, rajin bekerja dan tekun dalam berusaha merupakan langkah awal dalam membekali para pemuda / remaja untuk menuju gerbang kesejahteraan sosial mereka.
Sebagai harapan awal terbentuknya karang taruna Indonesia adalah agar para pemuda/remaja dapat diarahkan kepada kehidupan yang sejahtera dan mendapatkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan demikian upaya untuk mengarahkan para pemuda untuk hidup hemat/tidak boros, berupaya untuk menabung, rajin bekerja dan tekun dalam berusaha merupakan langkah awal dalam membekali para pemuda / remaja untuk menuju gerbang kesejahteraan sosial mereka.
d. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Ekonomi
Produktif
Karena salah satu tujuan karang taruna Indonesia dalam dan untuk mengarahkan para pemuda / remaja pada kemandirian, produktif, berdaya guna, dan berhasil guna, maka para remaja diupayakan untuk diarahkan pada pemberdayaan ekonomi produktif, atau dilakukannya latihan manajemen usaha rumah tangga (home industri).
Karena salah satu tujuan karang taruna Indonesia dalam dan untuk mengarahkan para pemuda / remaja pada kemandirian, produktif, berdaya guna, dan berhasil guna, maka para remaja diupayakan untuk diarahkan pada pemberdayaan ekonomi produktif, atau dilakukannya latihan manajemen usaha rumah tangga (home industri).
e.
Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan Bela
Negara.
Dalam setiap acara atau pertemuan atau terselenggaranya acara yang dihadiri para pengurus karang taruna Indonesia baik ditingkat ranting, daerah maupun tingkat nasional selalu diupayakan agar tetap menjaga keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia, saling menghormati antar sesama warga Negara dan senan tiasa hidup toleransi dalam beragama, tidak saling mengganggu, mengejek dan meneror pemeluk agama tertentu, saling menghargai dan meningkatkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan.
Dalam setiap acara atau pertemuan atau terselenggaranya acara yang dihadiri para pengurus karang taruna Indonesia baik ditingkat ranting, daerah maupun tingkat nasional selalu diupayakan agar tetap menjaga keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia, saling menghormati antar sesama warga Negara dan senan tiasa hidup toleransi dalam beragama, tidak saling mengganggu, mengejek dan meneror pemeluk agama tertentu, saling menghargai dan meningkatkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau golongan.
C. Struktur Organisasi Karang Taruna
Kepengurusan
karang taruna Indonesia telah diatur dalam pedoman desa/anggaran dasar, yaitu
mulai pasa tingkat pusat langsung sebagai pelindung/penasehat adalah Presiden
Republik Indonesia, pada tingkat provinsi pelindung/penasehat adalah Gubernur dan
seterusnya sampai pada tingkat desa/kelurahan.
Adapun
gambaran kepengurusan karang taruna pada tingkat desa adalah sebagai
berikut:
Pelindung /
Penasehat : Kepala DesaKetua Umum :
Sekretaris Umum :
Bendahara Umum :
Wakil Ketua I :
Wakil Ketua II :
Wakil Ketua III :
Wakil Sekretaris I :
Wakil Sekretaris II :
Wakil Sekretaris III :
Wakil Bendahara :
Seksi – Seksi :
1. Seksi Organisasi/Personalia
Koordinator :
Anggota :
2. Seksi Dilat :
Koordinator :
Anggota :
3. Seksi Kesejahteraan Sosial/Humas
Koordinator :
Anggota :
4. Seksi Publikasi/Dokumentasi (media/pers)
Koordinator :
Anggota :
BAB
II
A. Problematika Remaja
1.
Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Dengan adanya pengangguran dapat
merupakan beban bagi keluarga maupun negara sehingga dapat menimbulkan
permasalahan lainnya.
2. Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
3. Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
4. Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
5. Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
6. Perkawinan dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di pedesaan.
7. Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya.
Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
2. Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
3. Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
4. Pergaulan bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala penyimpangan perilaku (Deviant behavior).
5. Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
6. Perkawinan dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di pedesaan.
7. Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya.
Permasalahan tersebut akan berkembang seiring dengan perkembangan jaman apabila tidak diupayakan pemecahannya oleh semua pihak termasuk organisasi masyarakat, diantaranya KARANG TARUNA .
8
Dahulu,
organisasi karang taruna sangat berpengaruh dan terasa guyub dalam menghidupkan
kegiatan dan aktivitas warga, misalnya gotong royong dalam hal kebersihan
setiap hari minggu pagi, arisan warga, Menanam pohon pohon dirumah masing
masing, kegiatan memperingati acara acara hari besar juga pengadaan pengajian
serta olahraga bersama dalam satu lingkup Rukun Tetangga atau Rukun Warga
tersebut. Akhir akhir ini kegiatan Karang Taruna sudah jarang digalakkan,
karena kebanyakan para pemuda pemudi sekarang lebih interest untuk ikut
kegiatan diluar rumah dan luar lingkungannya, jika kegiatan itu positif tidak
masalah ya, tapi kalau sudah menyangkut hal negatif seperti Clubbing, Dugem,
pesta gak karuan yang tidak bermanfaat buat dirinya sendiri maupun orang lain,
kenapa harus ikut? kan lebih baik menghidupkan lagi kegiatan di Karang Taruna
yang sudah hampir punah,
kalaupun
ada, kegiatan Karang Taruna
hanya sebagai formalitas agar tidak
diomeli Pak
RT atau Pak RW, kegiatannya sendiri hanya ngerumpi dan tebar pesona saja.
- Tujuan Karang Taruna
a.
Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan kesadaran dan tanggung
jawab sosial setiap generasi muda warga
Karang Taruna dalam mencegah, menagkal,
menanggulangi dan mengantisipasi berbagai masalah
sosial.
b.
Terbentuknya jiwa dan semangat kejuangan generasi
muda warga Karang Taruna yang Trampil dan
berkepribadian serta berpengetahuan.
c.
Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda
dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga Karang Taruna.
d.
Termotivasinya setiap generasi muda warga Karang
Taruna untuk mampu menjalin
toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam
keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e.
Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna
dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi
masyarakat.
f.
Terwujudnya Kesejahteraan Sosial yang semakin
meningkat bagi generasi muda di
desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang
memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai
manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah
kesejahteraan sosial dilingkungannya.
g.
Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda
di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat
yang dilaksanakan secara komprehensif, terpadu
dan terarah serta berkesinambungan oleh Karang Taruna
bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.
C. Tugas dan Fungsi Karang Taruna
Tugas dari karang taruna
adalah setiap
Karang Taruna mempunyai tugas pokok secara
bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk
menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan social terutama
yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat
preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di
lingkungannya.
Fungsi dari Karang Taruna :
a. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan
Sosial.
b. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan
bagi masyarakat.
c. Penyelenggara pemberdayaan
masyarakat terutama generasi muda dilingkunggannya
secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.
d. Penyelenggara kegiatan
pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.
e. Penanaman pengertian,
memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung jawab sosial generasi
muda.
f. Penumbuhan dan pengembangan semangat
kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat
nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
g. Pemupukan kreatifitas
generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung
jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif,
ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya
dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di
lingkungannya secara swadaya.
h. Penyelenggara rujukan,
pendampingan, dan advokasi social bagi penyandang masalah kesejahteraan
sosial.
i. Penguatan sistem
jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan
berbagai sektor lainnya.
j. Penyelenggaran usaha-usaha
pencegahan permasalahan sosial yang actual.
Kegiatan
ini bermanfaat pula untuk melatih agar sifat individualistis tidak tertanam
kuat, karena kalau hal itu sudah tertanam kuat akan mengakibatkan sifat egois
dan mementingkan diri sendiri, kegiatan ini tak kalah menyenangkan jika dapat
menyikapi secara tepat.
Banyak
hal positif yang dapat diperoleh dari organisasi Karang Taruna, diantaranya :
- Membangun komunikasi dilingkungan masyarakat
- Membangun kebersamaan dan team building
- Mengeskplor postensi diri dan kemandirian
- Belajar menghargai pendapat orang lain ditengah kemajemukan masyarakat
- Memupuk kepemimpinan , dll
Juga banyak
hal yang bisa dilakukan para pemuda pemudi Karang Taruna untuk menyumbangkan
hal besar dimulai dari hal kecil, seperti :
1. Melatih berorganisasi yang kompak
dan sehat, ajang silaturahmi.
2. Mengadakan kegiatan Kerja bakti
kebersihan dan penataan lingkungan setiap Minggu pagi.
3. Menggalakkan penanaman apotik hidup
dan warung hidup di setiap halaman rumah warga.
4. Mengadakan jadwal pengajian dan
olahraga bersama
5. Mengadakan lomba hal hal positif
6. Mengadakan sekolah gratis untuk anak
prasekolah yang tidak mampu.
7. Mendirikan perpustakaan sederhana.
8. Setiap tahun diadakan acara wisata
Karang taruna
merupakan organisasi kepemudaan terbesar di desa/kelurahan dan merupakan salah
satu potensi yang perlu dikembangkan untuk membantu kesejahteraan social
masyarakat disekitarnya yang dibekali dengan berbagai kemampuan, baik dibidang
manajemen, skill, pengetahuan social dan jiwa kewiraan dalam bela Negara. Sisi
lain dari para remaja yang mana menjadi masa peralihan antara anak-anak ke masa
dewasa, yang ditandai dengan berbagai hal antara lain mulain tertarik pada
lawan jenisnya, mudah marah, dan banyak sifat-sifat psikis baru yang muncul
pada masa ini, sehingga para orang tua harus piawai dalam berhadapan dengan
manusia seumur remaja.
Dengan demikian bagai mereka harus
diminimalisir interaksi para remaja dengan hal-hal yang dapat membangkitkan
gairah seksual seperti film-film yang mengarah pada porno grafi maupun lebih-lebih porno
aksi, serta gambar-gambar yang sifatnya sensitive dan sebagainya, dengan kasus
demikian maka ahli psikologi menganjurkan: “Untuk mengarahkan masa sensitifitas
para remaja agar mengadakan penyensoran pada film-film yang lebih
menitikberatkan pada segi pendidikan, mengadakan ceramah melalui
radio-radio/media lain mengenai soal pendidikan pada umumnya, mengadakan
pengawasan terhadap peredaran buku-buku komik, gambar porno, majalah dan
sebaginya”. (Bimo Walkito, 1982:10).
D. Organisasi Sehat dan Organisasi Berhasil
26 Nov
Manusia
merupakan makhluk sosial, tidak dapat hidup sendiri. Manusia pasti membutuhkan
orang lain untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Salah satu wadah yang bisa
membantu manusia dalam memenuhi kebutuhannya adalah organisasi.
Organisasi
berasal dari kata organum (Latin) dan organom (Yunani) yang
berarti alat, anggota, bagian, atau badan. Secara sederhaan, organisasi
merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu.
A. Organisasi
yang Sehat
Organisasi
yang sehat adalah organisasi yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
- Organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya; Saat ini, setiap organisasi yang modern pasti menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota), agar tidak timbul ”romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
- Organisasi harus memiliki pula identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat; Artinya, jelas di mana alamat kantornya. Tampak pula aktivitas sehari-hari kantor tersebut dalam menjalankan roda organisasi. Ada pula nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat dalam AD (anggaran dasar) dan ART (anggaran rumah tangga). Demikian pula struktur organisasinya. Masih banyak lagi yang bisa membuktikan keberadaan organisasi itu di mata masyarakat. Jika identitas tak jelas, maka jangan salahkan masyarakat bila menaruh curiga terhadap organisasi itu.
- Organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya; Masing-masing bagian, divisi, maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Tidaklah bagus ketika suatu organisasi yang terlihat aktif hanyalah ketuanya saja. Ini sangat ganjil dan bisa disebut ”sakit parah”, bahkan tampak seperti pertunjukan sirkus one man show dalam manajemen organisasi itu.
- Dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat; Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (perencanaan), action (pelaksanaan), dan evaluation (penilaian). Ketiga tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action. Dalam manajemen itu, yang juga harus mendapat perhatian serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi.
- Organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya; Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat. Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya.
B.
Organisasi Berhasil
Seorang
gadis desa murung karena dipaksa menikah dengan pemuda pilihan orangtuanya yang
sebetulnya tidak ia sukai. Hatinya sebenarnya sudah tertambat pada pemuda lain,
pemilik warung kecil di ujung desa. Namun, orangtuanya berpikiran lain. Pilihan
mereka adalah pemuda yang sudah bekerja di kota, karyawan perusahaan swasta,
kelihatan makmur. Sekian tahun kemudian, ternyata si anak yang benar. Warung
kecil itu sudah berubah, selain menjual berbagai kebutuhan serba ada, juga jadi
penyalur gas, wartel, rental VCD, dan pemiliknya sudah menjadi orang paling
kaya di desa itu. Sedangkan menantu pilihan orangtua sudah sekian tahun
menganggur karena terkena PHK.
Cerita di
atas menggambarkan kepada kita bahwa sering kali kita slah mengukur
keberhasilan atau potensi keberhasilan seseorang. Kalau demikian bagaimana kita
akan mengukur keberhasilan organisasi yang lebih besar dan bersifat
multidimensi?
Pada
awalnya, banyak orang yang berpikir bahwa mengukur keberhasilan organisasi
sederhana saja, yaitu apa yang menjadi output organisasi dan sejauh mana
organisasi sanggup mencapai sasarannya dalam menghasilkan output tersebut.
Kalau sasaran tercapai berarti organisasi berhasil, kalau sasaran tidak
tercapai berarti organisasi tidak berhasil. Ini dinamakan dengan pendekatan
sasaran.
Jika kita
pahami cara yang demikian memiliki banyak jebakan. Seperti contoh, mungkin saja
ada perusahaan dianggap buruk karena sebagian besar keuntungannya ternyata
digunakan untuk investasi memperkuat fungsi pemasaran, sementara di perusahaan
lain sepenuhnya dianggap keuntungan sehingga dianggap lebih berhasil karena
jumlah atau persentasenya lebih besar. Sekian tahun kemudian perusahaan pertama
ternyata unggul, sedangkan yang kedua terpuruk.
Kondisi yang
lebih sulit lagi ialah jika kita akan membandingkan keberhasilan beberapa
organisasi. Apalagi jika yang akan dibandingkan adalah organisasi-organisasi
yang jenis outputnya berbeda. Tetapi, kondisi sulit ini justru
memunculkan gagasan baru. Suatu saat disadari bahwa ada organisasi yang output-nya
berbeda tetapi input-nya sama. Seperti tukang roti dan tukang cakwe, outputnya
jelas berbeda tetapi inputnya sama-sama terigu. Selanjutnya terpikir
bahwa perusahaan yang kuat mestinya mempunyai posisi tawar yang lebih baik
(dibanding perusahaan yang kembang-kempis) terhadap pemasok bahan baku.
Perusahaan
yang kuat barangkali diizinkan berutang, diberi harga yang lebih rendah, dsb.
Dengan demikian sesungguhnya kemampuan memperoleh input ini bisa
dianggap sebagai keberhasilan ataupun kekuatan organisasi. Maka muncul gagasan
untuk menggunakan pendekatan input, yaitu mengukur keberhasilan
organisasi dari kemampuannya mendapatkan input, terutama yang langka
ataupun mahal.
Selanjutnya,
terpikir lagi masalah baru, bagaimana membandingkan keberhasilan organisasi
yang jenis input maupun output-nya berbeda? Diukur dengan
pendekatan sasaran maupun pendekatan input mestinya tidak pas karena input
dan output-nya berbeda.
Dari
kalangan psikologi, muncul asumsi bahwa jika karyawan atau anggota organisasi
merasa senang dalam menjalankan tugasnya, mereka akan bekerja dengan
giat dan baik, sehingga akan membuat organisasi lebih berhasil. Dengan dasar
asumsi itu kemudian muncul pendekatan proses internal yang berarti
keberhasilan organisasi diukur dari kepuasan kerja dari para anggotanya.
Namun
kemudian, orang mulai tidak puas dengan ketiga cara itu. Hal ini disebabkan
masing-masing pendekatan hanya mengukur satu sisi saja dari keberhasilan
organisasi. Pendekatan sasaran hanya memperhatikan keberhasilan organisasi
dalam usaha mencapai sasarannya, pendekatan input hanya tertarik pada
keberhasilan organisasi dari sisi suplai, pendekatan proses internal hanya
mempertimbangkan kebahagiaan anggota organisasi.
Seringkali
pendekatan seperti ini keliru. Suatu organisasi bisa dikatakan berhasil bila
dilihat dari satu pendekatan, tetapi belum tentu bisa dikatakan berhasil bila
dilihat dari pendekatan yang lain.
Karena
berbagai kekurangan tersebut, muncullah kombinasi dari ketiga pendekatan
terseabut, sehingga kekurangan pendekatan yang satu bisa ditutup oleh kelebihan
pendekatan yang lain. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan integratif. Pendekatan
integratif tidak secara spesifik mengukur keberhasilan organisasi, tetapi
mencoba mendapat gambaran mengenai kondisi dari berbagai aspek yang terdapat
dalam sebuah organisasi, sehingga keluarannya adalah gambaran mengenai profil
organisasi. Selanjutnya, penafsiran terhadap profil itulah yang akan
menggambarkan keberhasilan organisasi. Sekarang ini, pendekatan integratif
lebih dikenal (popular) dengan nama balanced scorecard.
Contoh
pendekatan integratif ini adalah sebuah organisasi yang memiliki beberapa pihak
yang berkepentingan dari organisasi tersebut, misalnya pemilik, karyawan,
konsumen, bank yang memberikan kredit, komunitas, pemasok, pemerintah. Bagi
para pemilik, perusahaan dianggap bagus apabila sanggup memberikan keuntungan
finansial yang besar ke kantong mereka. Untuk karyawan, perusahaan dianggap
bagus apabila mampu memberikan kepuasan kerja, imbalan yang memadai, dan
pengawasan yang “pas”. Konsumen menilai keberhasilan perusahaan dari mutu
produk ataupun jasa yang dihasilkan.
Dari uraian
di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan suatu organisasi dapat
dilihat dari beberapa aspek, tergantung dari sisi mana kita akan menilai
keberhasilan tersebut. Beberapa pendekatan pengukuran keberhasilan di antaranya
yang telah dijelaskan ialah melalui pendekatan sasaran, pendekatan input,
pendekatan proses internal, dan pendekatan integratif.
Yang perlu
diperhatikan ialah bahwa apabila suatu organisasi ingin berhasil haruslah
memiliki competitive advantage (keunggulan kompetitif). Untuk mencapai
keunggulan kompetitif itu, tiap organisasi harus siap untuk berubah. Dan untuk
menjalani perubahan tersebut, tiap organisasi harus memiliki agen perubahan
(orang-orang yang siap, mau, dan memiliki semangat untuk menjalankan
perubahan).
C. Pengembangan
Organisasi yang Sudah Dikatakan Berhasil
Setiap
organisasi, baik yang sudah dikatakan berhasil ataupun belum perlu melakukan
pengembangan organisasi. Hal ini dikarenakan dengan pengembangan organisasi
dapat menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf
anggota organisasi, menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi
secara lebih terbuka, menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi, dan
merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan
diri.
Cara yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan organisasi, baik yang sudah berhasil
ataupun belum pada umumnya adalah sama. Hanya saja lingkupnya yang berbeda.
Organisasi yang dikatakan berhasil tentu memiliki lingkup pengembangan yang
lebih besar dan luas dari organisasi yang belum berhasil. Cara-cara atau tahap-tahap
penerapan pengembangan organisasi adalah sebagai berikut:
- Tahap pengamatan sistem manajemen atau tahap pengumpulan data; Dalam tahap ini perlu diamati sistem dan prosedur yang berlaku di organisasi termasuk elemen-elemen di dalamnya seperti struktur, sumber daya manusia, peralatan, bahan bahan yang digunakan dan bahkan keuangannya. Data utama yang diperlukan adalah : (1) Fungsi utama tiap unit organisasi, (2) Peran masing masing unit dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi, (3) Proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan tindakan dalam masing-masing unit, dan (4) Kekuatan dalam organisasi yang mempengaruhi perilaku antar kelompok dan antar individu dalam organisasi.
- Tahap diagnosis dan umpan balik; Dalam tahap ini kualitas pengorganisasian serta kegiatan operasional masing-masing elemen dalam organisasi dianalisis dan dievaluasi . Ada beberapa kriteria yang umumnya digunakan dalam mengevaluasi kualitas elemen-elemen tersebut, di antaranya: (1) Kemampuan beradaptasi; yaitu kemampuan mengarahkan kegiatan dan tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (2) Tanggung jawab; kesesuaian antara tujuan individu dan tujuan organisasi, (3) Identitas; kejelasan misi dan peran masing masing unit, (4) Komunikasi; kelancaran arus data dan informasi antar-unit dalam organisasi, (5) Integrasi; hubungan baik dan efektif antar-pribadi dan antar-kelompok, terutama dalam mengatasi konflik dan krisis, dan (6) Pertumbuhan; iklim yang sehat dan positif, yang mengutamakan eksperimen dan pembaruan, serta yang selalu menganggap pengembangan sebagai sasaran utama.
- Tahap pembaruan dalam organisasi; Dalam tahap ini dirancang pengembangan organisasi dan dirumuskan strategi memperkenalkan perubahan atau pembaruan. Strategi ini bertujuan meningkatkan efektivitas organisasi dengan cara mengoreksi kekurangan serta kelemahan yang dijumpai dalam proses diagnostik dan umpan balik. Mengingat bahwa setiap perubahan yang diperkenalkan akan mempengaruhi seluruh sistem dalam organisasi, bahkan mungkin akan mengubah sistem distribusi wewenang dan struktur organisasi, rancangan strategi pembaruan harus didiskusikan secara matang dan mendapat dukungan penuh pimpinan puncak.
- Tahap implementasi pembaruan; Tahap akhir dalam penerapan pengembangan organisasi adalah pelaksanaan rencana pembaruan yang telah digariskan dan disetujui. Kegiatan implementasi perubahan meliputi : (1) Perubahan struktur, (2) Perubahan proses dan prosedur, (3) Penjabaran kembali secara jelas tujuan serta sasaran organisasi, dan (4) Penjelasan tentang peranan dan misi masing-masing unit dan anggota dalam organisasi
4 . KESIMPULAN
Kesimpulan yang
dapat diambil adalah kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik tidak boleh
begitu saja melupakan dan meninggalkan budaya yang telah turun temurun
diwariskan pendahulu kita, apalagi banyak manfaat yang dapat kita petik
dikemudian hari terlebih kita melupakan budaya tersebut hanya karena kemajuan
teknologi informasi didunia yang semakin pesat pertumbuhannya.
5 . PANDANGAN PENULIS
Tidak salah memang kita sebagai
remaja penerus bangsa ahli dan piawai dalam menggunakan dan mengolah kemajuan
teknologi seperti sekarang ini karena teknologi juga relative penting dalam
mendukung segala aspek kehidupan kita , akan tetapi jangan juga kita melupakan
budaya berorganisasi kita yang sangat kental dengan social kemasyarakatan
dengan berbagai manfaat yang sangat bagus sekali , terlebih kebanyakan anak
muda sekarang menggunakan kemajuan teknologi hanya untuk memuaskan nafsu belaka
atau tidak ingin dibilang “wong ndeso” oleh sesama teman , oleh karena itu kita
harus bijak dan cerdas dalam memanfaatkan kemajuan teknologi ini agar
bermanfaat bagi masa depan pribadi dan untuk masyarakat luas umumnya.
6 . DAFTAR PUSTAKA
Saragi
P, Tumpal, Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, Alternative
Pemberdayaan Desa, pen. Cipruy, Yogyakarta, 2004
Pemberdayaan Desa, pen. Cipruy, Yogyakarta, 2004
Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republic Indonesia, Undang – Undang Dasar
Negara Republic Indonesia 1945, pen. Secretariat Jendaral MPR RI, 2006
Negara Republic Indonesia 1945, pen. Secretariat Jendaral MPR RI, 2006
Walgito,
Bimo, Drs. Kenakalan Anak (Juvenile Deleguency), Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1982.
Sumber
: http://www.sarjanaku.com/
Izin copy paste. Untuk buat tugas. Terima kasih.
BalasHapusSiap sama2 hehee
BalasHapus